Wednesday, March 7, 2007

Suasana tak nyaman Part 2

Kembali Bintang tak punya pilihan. Dia harus naik lift yang sama ke tempat kerjanya. Pagi itu pagi yang penuh perjuangan. Bintang terburu-buru naik lift setelah sebelumnya menempuh kemacetan kota Bandung.
Sialnya lagi dia harus berhadapan, bahkan satu gerbong lift dengan karyawan-karyawan Bank Kota yang dulu sempat membuatnya malu. Kali ini Bintang berjanji pada dirinya sendiri dia akan lebih berkonsentrasi dan tidak akan ikut campur lagi urusan karyawan-karyawan ganteng tersebut.
Tapi apa daya, Bintang kembali terkecoh.
“Hey Ndri, kamu ulang tahun ya. Panjang Umur, ya!
“Hey, jangan lupa makan-makan!”
“Makin tua ya! Kapan Kawin”
Suasana hiruk pikuk di tempat sempit itu makin menggila, dan baru mereda setelah terdengar suara sumbang agak gemetar yang keluar dari sudut lift itu.
“Se..se lamat Ulang Tahun, ya, mas….
Semua orang kontan melihat sesosok tubuh besar di sudut itu. Mimik mukanya terlihat agak pucat dengan senyum seperti orang menahan buang air besar.
Untung saja pintu terbuka menandakan tiba di lantai 7.
Kali ini karyawan tersebut keluar dengan seperti terburu-buru.

Kasir.

Suatu hari sebuah kesempatan besar menanti Bintang. Saatnya tiba bagi Bintang untuk menghadapi tes kenaikan jabatan. Aku sangat bangga padanya. Bagaimanapun dia temanku. Aku menaruh harapan di pundaknya.
Semua persiapan proses promosi tersebut mulai disiapkan. Kita semua membantu persiapan tersebut. Dari mulai memberi semangat, saran-saran, membantu membuat presentasi sampai kostum yang harus dipakai.
Dan akhirnya semua persiapan telah siap sedia. Besok pagi dia akan ke Jakarta mengikuti tes promosi tersebut. Sebelum pulang semua memotivasi bintang. Gudlak ya Bin! Selamat Berjuang! Semoga Berhasil! Hampir semua teman sekantornya memberi semangat. Bintang sangat terharu.
Mmmm…sebelum pulang ke rumah ada baiknya aku ke supermarket terlebih dahulu. Pikir Bintang. Kebetulan deodorannya habis. Akan sangat tidak lucu bila sedang presentasi, ketiaknya basah. Bintang memilih supermarket dekat rumahnya. Jangan lama-lama ah, aku harus menyiapkan fisik dan mental untuk hari esok.
Bintang langsung mengambil deodoran favoritnya dan langsung menuju kasir. Sial, antriannya panjang! Ya..apa boleh buat. Sambil berjalan menuju antrian, Bintang tersenyum. Angannya kembali ke sore tadi. Begitu baik teman-temannya padanya. Masih terngiang jelas kata-kata penuh semangat tadi sore ketika dia beranjak pulang. Hhhh.. Aku pasti berhasil.
Tanpa terasa dia sudah berada di hadapan kasir.
“Semuanya 20.000 ibu. Uang ibu 50.000, jadi kembaliannya tiga puluh ribu”.
Bintang kaget. Buyar semua lamunannya dan langsung menjawab: “Oh, Ok, semoga berhasil ya, mbak!!
Detik itu juga aku langsung tersadar, seharusnya aku memang tak boleh sedikit pun merasa bangga padanya.