Sunday, May 20, 2007

Domba

Mas..Mas! Sini deh! Suara khas bintang menggema di pagi itu.
Hebat banget ya mas!
Apaan?
Marketing Binatang Ternak sekarang sudah gak lagi konvensional kaya dulu ya, Mas.
Marketing? Binatang Ternak Apaan, Bin? Aku masih bingung, tapi dalam hati aku agak kagum juga. Kayaknya dia sekarang menaruh minat terhadap dunia bisnis dan marketing.
Itu lho, Mas.. Aku liat di spanduk-spanduk di jalan, sekarang bisa telpon segala.
Oh, itu.. Iya, Bin, bener sekarang sudah lebih modern, bisa telpon kalo mau pesen domba, bahkan bisa dikirim dan dimasakin segala. Kita tinggal tau beres.
Hebat, ya, Mas. Selain itu sekarang bahasa iklan nya juga gaul. Kayak kamus Debby Sahertian.
Hah?
Masa Mas belum pernah liat spanduknya! disana ada tulisan SEDIA DOMBA AKIKAH!! kenapa gak pake bahasa biasa aja ya "SEDIA DOMBA AKU"!!
Oh My God!!
Bintangku sayang.... itu bukan bahasa gaul, Akikah itu, itu loh kalo anak baru lahir pake selametan potong domba.
Oh Ekah, itu mah!
Iya itu!!
Gubrag!

Wednesday, March 7, 2007

Suasana tak nyaman Part 2

Kembali Bintang tak punya pilihan. Dia harus naik lift yang sama ke tempat kerjanya. Pagi itu pagi yang penuh perjuangan. Bintang terburu-buru naik lift setelah sebelumnya menempuh kemacetan kota Bandung.
Sialnya lagi dia harus berhadapan, bahkan satu gerbong lift dengan karyawan-karyawan Bank Kota yang dulu sempat membuatnya malu. Kali ini Bintang berjanji pada dirinya sendiri dia akan lebih berkonsentrasi dan tidak akan ikut campur lagi urusan karyawan-karyawan ganteng tersebut.
Tapi apa daya, Bintang kembali terkecoh.
“Hey Ndri, kamu ulang tahun ya. Panjang Umur, ya!
“Hey, jangan lupa makan-makan!”
“Makin tua ya! Kapan Kawin”
Suasana hiruk pikuk di tempat sempit itu makin menggila, dan baru mereda setelah terdengar suara sumbang agak gemetar yang keluar dari sudut lift itu.
“Se..se lamat Ulang Tahun, ya, mas….
Semua orang kontan melihat sesosok tubuh besar di sudut itu. Mimik mukanya terlihat agak pucat dengan senyum seperti orang menahan buang air besar.
Untung saja pintu terbuka menandakan tiba di lantai 7.
Kali ini karyawan tersebut keluar dengan seperti terburu-buru.

Kasir.

Suatu hari sebuah kesempatan besar menanti Bintang. Saatnya tiba bagi Bintang untuk menghadapi tes kenaikan jabatan. Aku sangat bangga padanya. Bagaimanapun dia temanku. Aku menaruh harapan di pundaknya.
Semua persiapan proses promosi tersebut mulai disiapkan. Kita semua membantu persiapan tersebut. Dari mulai memberi semangat, saran-saran, membantu membuat presentasi sampai kostum yang harus dipakai.
Dan akhirnya semua persiapan telah siap sedia. Besok pagi dia akan ke Jakarta mengikuti tes promosi tersebut. Sebelum pulang semua memotivasi bintang. Gudlak ya Bin! Selamat Berjuang! Semoga Berhasil! Hampir semua teman sekantornya memberi semangat. Bintang sangat terharu.
Mmmm…sebelum pulang ke rumah ada baiknya aku ke supermarket terlebih dahulu. Pikir Bintang. Kebetulan deodorannya habis. Akan sangat tidak lucu bila sedang presentasi, ketiaknya basah. Bintang memilih supermarket dekat rumahnya. Jangan lama-lama ah, aku harus menyiapkan fisik dan mental untuk hari esok.
Bintang langsung mengambil deodoran favoritnya dan langsung menuju kasir. Sial, antriannya panjang! Ya..apa boleh buat. Sambil berjalan menuju antrian, Bintang tersenyum. Angannya kembali ke sore tadi. Begitu baik teman-temannya padanya. Masih terngiang jelas kata-kata penuh semangat tadi sore ketika dia beranjak pulang. Hhhh.. Aku pasti berhasil.
Tanpa terasa dia sudah berada di hadapan kasir.
“Semuanya 20.000 ibu. Uang ibu 50.000, jadi kembaliannya tiga puluh ribu”.
Bintang kaget. Buyar semua lamunannya dan langsung menjawab: “Oh, Ok, semoga berhasil ya, mbak!!
Detik itu juga aku langsung tersadar, seharusnya aku memang tak boleh sedikit pun merasa bangga padanya.

Tuesday, February 20, 2007

Suasana tak nyaman

Pernahkah anda berada di sebuah tempat yang sempit --well, tepatnya tidak terlalu luas-- yang penuh dengan orang-orang yang tidak anda kenal, seperti dalam angkot, ruang tunggu dokter, atau lift? Jika pernah, anda pasti mengerti seringkali kita bingung mau berbuat apa, liat pemandangan sekitar, mengamati ”penghuni” lain, atau curi dengar percakapan orang lain. Kalau aku seringkali ikut curi dengar, kadang ada yang lucu, malah kita suka ikutan tersenyum. Kalau sebatas itu sih, wajar menurut aku. Asal Jangan lebih dari itu.
Kantor aku dan Bintang merupakan sebuah gedung besar yang disewa tidak hanya oleh perusahaan kita saja. Tapi juga oleh perusahaan lain. Salah satunya Bank Kota. Kalau kita datang pagi lift yang kita pakai pasti akan penuh sesak. Tidak terkecuali Senin itu.
Bintang datang di pagi hari. Setelah memijit tombol, dia masuk didalam lift tersebut bersama segerombolan karyawan pria Bank Kota. Para laki-laki itu tergopoh-gopoh dan sambil menunggu lift tiba di lantai 7, mereka saling mengobrol. ”Sial ya, sudah hari senin lagi. Pasti sibuk banget, Bos-bos dari Jakarta pasti datang dan ngadain meeting”
Bintang yang seharusnya diam saja (karena memang tidak kenal) tiba-tiba menjawab: ”He..eh ya.”
(gubrag) Para laki-laki itu langsung terlihat bingung.
Untung saja lift tiba di lantai 7.

Ternodanya sebuah sosok penuh wibawa

Hari-hari pertama kami bekerja. Aku masih menganggap dia orang yang penuh wibawa.
Sampai suatu ketika dia bercerita.
Sebelum bekerja di perusahaan ini, hidupnya sangat glamour. Penuh hura-hura mengingat pekerjaan sambilan dia sebagai sebuah reporter di salah satu radio anak muda terkemuka di kota Bandung. Dia sering melenggang di acara-acara temu artis maupun konser-konser.
Suatu hari dia mendengar bahwa artis favoritnya KLa Project akan ke Bandung. Tentu saja dia tidak mau kehilangan momen untuk mengikuti temu fans band asal Yogyakarta. Kali ini dia tidak mau disuruh sebagai reporter. Pokonya aku mau datang sebagai FANS BERAT!! Tidak mau diributkan urusan kerjaan. Akhirnya pihak radio mengalah.
Momen yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba. Bintang sudah dandan habis-habisan dan dengan manis tapi tetap waspada dia duduk di sebuah ruangan hotel berbintang menunggu artis pujaannya tiba. Tak lama mereka pun tiba. Bintang girang tiada terkira. Dia menjerit-jerit mengelu-elukan nama mereka. Sama seperti fans berat lainnya. Sang MC pun membuka acara. Singkat kata, tibalah saatnya kuis berhadiah memorabilia sang idola. Bintang sudah pasang ancang-ancang bak seekor doberman.
“Sebutkan salah satu nama personil KLa Project?”
”Saya...saya..saya”. Tiba-tiba saja ruangan itu menjadi sangat gaduh.
Kali ini Bintang diuntungkan oleh postur tubuhnya.
”Ya. Kamu?”
Bintang spontan menjawab dengan suara sangat lantang: ”DAAN ARIA!”
dan tiba-tiba saja ruangan itu menjadi hening. sangat hening.

Pertemuan Pertama


Aku bertemu Bintang pertama kali pada saat tes kesehatan untuk seleksi masuk sebuah perusahaan ternama di Indonesia. Saat itu aku sangat terpana, sosoknya penuh wibawa. Terlihat jelas bahwa beliau merupakan keturunan pemimpin ternama di dunia. Ya, sorot matanya mengingatkan aku akan Jengis Khan, pemimpin Mongolia yang sangat terkemuka. Badannya tinggi besar. Jauh diatas rata-rata wanita normal kebanyakan.
Saat itu dia memakai kemeja putih dan rok span berwarna hitam. Andaikan rok itu berwarna hijau tua aku pasti akan menganggap dia jajaran warakawuri. Tapi tidak. Rok span sebatas dengkul yang dia kenakan berwarna hitam. Oleh karena itu aku yakin dia tidak akan ditempatkan di customer service, pasti di bagian penjualan. Tepatnya direct selling. Tapi aku berpikir kembali...perusahaan ini kan tidak menjual odol maupun semir sepatu??
Lambat laun aku paham. Ternyata dia menggunakan rok span itu agar terlihat agak manis.
Aneh.

Pendahuluan

Blog ini sepenuhnya akan menceritakan kisah perjalanan hidup teman dekatku, namanya Bintang Kejora.
Tokoh Bintang Kejora ini adalah tokoh rekaan, jadi bila terdapat kesamaan karakter, atau mengaku “itu saya..itu saya”. Hal itu hanyalah kebetulan belaka.